Karangsambung di Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah, dikenal sebagai salah satu laboratorium geologi alam terlengkap di Indonesia. Kawasan ini memperlihatkan rangkaian batuan yang sangat beragam umur dan asal-usulnya, mulai dari batuan beku, batuan sedimen laut dalam, hingga batuan metamorf. Keberagaman batuan ini mencerminkan sejarah geologi yang panjang dan kompleks, sehingga lokasi ini sangat ideal dijadikan sebagai laboratorium alam untuk mengkaji berbagai proses geodinamika yang pernah berlangsung di masa lalu.
Keunikan Karangsambung terletak pada keberadaan banyaknya singkapan batuan purba yang merupakan bagian dari zona tumbukan antara Lempeng Indo-Australia dan Lempeng Eurasia dimana Pulau Jawa berada. Bukti-bukti seperti batuan ofiolit, melange, dan struktur patahan besar terlihat sangat jelas di daerah Karangsambung. Fenomena tersebut memberikan gambaran nyata bagaimana kerak samudra (Indo-Australia) terangkat ke permukaan dan mengalami deformasi yang intens akibat tumbukan tektonik.
Selain itu, karakteristik geologi Karangsambung yang sangat bervariasi dalam area yang relatif sempit menjadikannya sebagai pusat penelitian dan pendidikan geologi yang handal. Banyak institusi pendidikan termasuk Universitas Jenderal Soedirman (UNSOED) menggunakan kawasan tersebut sebagai lokasi praktik lapangan untuk memahami stratigrafi, struktur geologi, geomorfologi, dan evolusi tektonik yang terjadi di Indonesia. Dengan demikian, daerah Karangsambung tidak hanya penting secara ilmiah, namun juga memiliki nilai yang strategis sebagai kawasan konservasi dan pusat pembelajaran geologi.
Kegiatan FieldTrip Komunitas Geofisika UNSOED
Pada hari Sabtu, 30 November 2025, mahasiswa yang tergabung dalam Komunitas Geofisika Fakultas MIPA UNSOED melaksanakan kegiatan FieldTrip Geofisika di Karangsambung. Kegiatan Fieldtrip didampingi oleh Sehah, M.Si. selaku pembina Komunitas Geofisika UNSOED dan Wihantoro, M.Sc. selaku dosen Program Studi Fisika UNSOED. Selain itu, kegiatan ini juga dipandu oleh Muhammad Al-Afif, M.T. staf peneliti BRIN Karangsambung. Kegiatan FieldTrip merupakan kegiatan pembelajaran lapangan yang rutin dilakukan oleh Komunitas Geofisika UNSOED. Pada tahun ini, kegiatan ditujukan untuk melatih mahasiswa mengamati langsung berbagai fenomena alam geologi, struktur geologi, morfologi permukaan, asal-usul dan jenis batuan, serta proses-proses alami yang membentuk lanskap suatu daerah. Melalui pengamatan singkapan, pengukuran lapangan, dan pencatatan karakteristik batuan, mahasiswa memperoleh pemahaman nyata tentang konsep geologi yang sebelumnya dipelajari di kelas. Oleh sebab itu kegiatan FieldTrip menjadi sarana penting untuk mengintegrasikan teori dan praktik serta memperkuat kompetensi dalam memahami dinamika bumi secara menyeluruh.
Mahasiswa Program Studi Fisika UNSOED yang mengikuti kegiatan ini berjumlah 47 orang. Mahasiswa berangkat dari Kota Purwokerto selepas Shubuh, dan sampai di Kampus BRIN Karangsambung sekitar pukul 08.00 WIB. Suasana penerimaan mahasiswa yang tiba di BRIN ditunjukkan pada Gambar 1. Beberapa lokasi yang diobservasi oleh para mahasiswa, diantaranya adalah batu serpentinit, batulempung (dari Formasi Totogan), sekis mika, dan lava bantal.

Gambar 1. Penerimaan mahasiswa yang tergabung dalam Komunitas Geofisika UNSOED oleh BRIN Karangsambung Kebumen.
Berikut beberapa geosite yang diamati oleh mahasiswa dari Komunitas Geofisika UNSOED saat melakukan FieldTrip di Karangsambung, Kebumen, Jawa Tengah:
Geosite Serpentinit berlokasi di Desa Pucangan Kecamatan Karangsambung yang memiliki jenis batuan serpentinit, yaitu batuan ultramafik berwarna hijau tua yang berasal dari dasar laut. Batuan ini terbentuk akibat interaksi magma dengan air laut dan proses subduksi, serta pernah mengandung mineral asbes. Geosite ini menjadi bagian penting dari Geopark Karangsambung dan bernilai geologi serta mineralogi yang signifikan. Site ini sering dijadikan lokasi pembelajaran alam bagi mahasiswa Geologi dan Geofisika. Pengamatan mahasiswa Komunitas Geofisika UNSOED di lokasi geosite ini ditunjukkan pada Gambar 2.

Gambar 2. Pengamatan mahasiswa Komunitas Geofisika UNSOED di lokasi Geosite Serpentinit Karangsambung.
Sedimen laut dalam di kawasan Karangsambung, Kebumen, terdapat dalam bentuk batu rijang dan batu gamping berwarna merah yang terangkat ke permukaan akibat proses tumbukan antara Lempeng Indo-Australia dan Lempeng Eurasia. Batuan ini merupakan sisa-sisa dari dasar samudra purba yang kemudian terangkat menjadi daratan dan menunjukkan proses geologi terbentuknya Pulau Jawa. Penjelasan dari peneliti BRIN kepada mahasiswa Komunitas Geofisika UNSOED di lokasi geosite ini ditunjukkan pada Gambar 3.

Gambar 3. Penjelasan peneliti BRIN kepada mahasiswa Komunitas Geofisika UNSOED terkait proses terbentuknya geosite sedimen laut dalam (tebing sisi kanan).
Lava Bantal merupakan jenis batuan beku yang tersingkap di permukaan kawasan Karangsambung, Kebumen. Batuan ini terbentuk akibat pendinginan cepat lava dari gunungapi bawah laut yang bertemu dengan air laut. Batuan ini memiliki ciri khas berbentuk membulat seperti bantal yang saling bertumpuk, dan merupakan bukti geologis aktivitas pemekaran lantai samudera di masa lampau. Lokasi ini menjadi situs penting untuk penelitian dan merupakan bagian dari Geopark Karangsambung yang diakui oleh UNESCO, seperti terlihat pada Gambar 4.



Gambar 4. Kenampakan bentuk lava bantal pada Geosite Lava Bantal Karangsambung Kebumen.
Batuan dasar kerak benua di area Kali Lukulo, Karangsambung, Kebumen adalah kumpulan batuan tertua di Jawa yang diperkirakan berusia sekitar 121 juta tahun, dan merupakan fondasi pulau Jawa. Batuan ini terbentuk dari proses pergerakan lempeng, termasuk batuan metamorf sekis mika dan batuan ultra-basa serpentinit. Batuan-batuan tersebut adalah bukti tumbukan antara lempeng samudera (Lempeng Indo-Australia) dan lempeng benua (Lempeng Eurasia) di kawasan tersebut. Foto kegiatan mahasiswa di area Geosite Kali Lukulo ini ditunjukkan pada Gambar 5.


Gambar 5. Keunikan situs geologi dan keanekaragaman jenis batuan di area Kali Lukulo Karangsambung Kebumen.
Geosite Gunung Parang di kawasan Karangsambung, Kebumen, merupakan salah satu singkapan batuan beku diabas paling menarik di Indonesia yang menampilkan struktur kekar kolumnar (columnar joint) yang terbentuk akibat proses pendinginan magma secara perlahan di bawah permukaan. Bentuk tiang-tiang batu beraturan yang tersingkap sebagai bukit (Gambar 6) menjadi bukti nyata aktivitas magmatik purba yang pernah berlangsung pada zona tektonik selatan Jawa. Keunikan geologi tersebut menjadikan Gunung Parang sebagai laboratorium alam yang penting bagi mahasiswa, peneliti, dan pengunjung untuk memahami proses intrusi, pembekuan magma, dan evolusi geologi regional Karangsambung, serta memperkuat posisinya sebagai geosite bernilai ilmiah tinggi dalam Geopark Kebumen.

Gambar 6. Keunikan situs geologi di area Geosite Gunung Parang Karangsambung Kebumen.
Manfaat dan Umpan Balik Kegiatan FieldTrip Geofisika
Kegiatan FieldTrip di daerah Karangsambung Kebumen Jawa Tengah memberikan manfaat yang sangat besar bagi mahasiswa dan dosen sebab kawasan ini merupakan salah satu laboratorium geologi alam paling baik di Indonesia. Melalui pengamatan langsung terhadap berbagai singkapan seperti serpentinit, batuan metamorf, ofiolit, diabas berstruktur kolumnar, sedimen laut dalam, dan struktur lainnya, mahasiswa dapat memahami konsep geologi yang sebelumnya hanya dipelajari secara teoretis. Menurut Meiriska Widyawati, Humas Komunitas Geofisika UNSOED, manfaat utama kegiatan ini adalah meningkatnya pemahaman mahasiswa melalui penerapan materi yang telah diberikan pada Matakuliah Geologi Dasar dan Fisika Batuan. Mahasiswa dapat mengamati jenis-jenis batuan secara langsung termasuk sifat dan proses terbentukannya. Dengan keberagaman geologinya, Karangsambung menjadi tempat ideal untuk melatih kemampuan integratif dalam menafsirkan hubungan antara proses tektonik, magmatisme, dan sedimentasi.
Umpan balik dari peserta FieldTrip (mahasiswa Komunitas Geofisika UNSOED) menunjukkan bahwa kegiatan lapangan ini bermanfaat memperkuat pemahaman konsep dasar geologi dan proses geodinamika di dalam bumi serta meningkatkan kepercayaan diri dalam bekerja dengan data lapangan. Mahasiswa juga merasakan bahwa pengalaman langsung di lingkungan membuat pembelajaran lebih bermakna dan kontekstual, sementara dosen memperoleh gambaran mengenai sejauh mana pemahaman mahasiswa terhadap pembelajaran yang telah disampaikan. Selain itu, kegiatan ini juga mendorong kerjasama tim, komunikasi ilmiah, serta rasa tanggung jawab terhadap keselamatan dan konservasi kawasan geologi. Secara keseluruhan, FieldTrip di Karangsambung memberikan kombinasi optimal antara pembelajaran akademik, keterampilan praktis, dan sikap profesional yang sangat relevan untuk persiapan karier mahasiswa ke depan di bidang kebumian.
Tinggalkan Komentar